Jika Anda melihat atau menemukan kayu, apa yang Anda lakukan?. Menyingkirkan atau bahkan membuangnya??. Berbeda dengan pria satu ini, Helmi Suhaemi warga Cipondoh, Tangerang. Ditangannya kayu yang terlihat tidak berguna bisa berubah menjadi luar biasa dan banyak diminati.
Siapa sangka pot-pot bunga dari bahan kayu bekas, hasil kreasi Helmi ini, ternyata sudah banyak menghiasi sudut-sudut ruangan hotel dan perkantoran di DKI Jakarta. Urat-urat kayu yang terlihat di pot-pot buatannya memang menjadikan pot ini bukan hanya indah dan alami saja, tetapi memberi kesan berbeda dengan kebanyak pot-pot bunga yang banyak diproduksi orang lain.
Awalnya pria 57 tahun ini mengawali karirnya dengan produksi pot bunga dari kulit kayu, tetapi karena bahannya sulit dicari dan peminatnya kurang, akhirnya bahannya diganti dengan bahan kayu bekas saja. Setelah dilempar ke pasaran, ternyata peminatnya banyak. Akhirnya 4 tahun sudah usaha ini dia lakoni. Kini produksi pot seperti kerajinan dirinya mulai banyak dibuat orang lain. Mereka pun memasok produksinya ke toko-toko bunga yang ada di Jakarta. Helmi dan istrinya Sri Sunarsih yang kerapkali membantu, tak khawatir. “Saya percaya rezeki itu dari Allah, jadi tinggal berusaha mencari ide baru agar usaha ini bisa tetap jalan” begitu tutur Helmi.
Bahan pot yang Helmi gunakan terbuat dari limbah kayu atau palet, yaitu potongan kayu yang biasa untuk tatakan barang yang banyak di pabrik. Kayu tersebut merupakan kayu jati Belanda dan cocok dibuat pot bunga kayu, karena akan muncul urat-uratnya saat dicat. Namun, pot kayu ini hanya bisa digunakan untuk tanaman plastik saja . Karena bahannya yang terbuat dari kayu jika terkena air maka, lama kelamaan akan rusak.
Ukuran pot yang diproduksipun beragam, yang paling besar berukuran tinggi 50 cm dan lebar 24 cm dan yang terkecil berukuran tinggi 9 cm dan lebar 6 cm. Bentuknya juga bermacam-macam mulai dari kotak, kubus, segi lima, segi enam bahkan bentuk trapesium.
Usaha yang dimiliki Helmi ini telah menjadi salah satu contoh peluang sukses bisnis rumahan. Walaupun hanya dikerjakan di teras rumah yang sempit, namun Helmi mampu mempekerjakan 5 karyawan. Mereka bertugas mencari limbah kayu dan membuat pot bunga hingga pengecatannya. Setiap harinya, rumah kerajinan Helmi mampu membuat 100 pot. Untuk omzet per bulan mencapai Rp 15 jutaan. Pesanan pot terramai saat menghadapi lebaran, natal dan tahun baru.
Pot bunga buatan Helmi juga tidak hanya laku di Jakarta tetapi banyak juga dipesan pembeli dari Surabaya dan Pontianak, Kalimantan Barat. Untuk di Jakarta dirinya memasarkan pot bunga di sejumlah toko di kawasan Pasar Pagi dan kawasan Mangga Dua. Harga satu pot dijual mulai Rp 3.500 hingga Rp 45.000.
Perjuangan seorang Helmi Suhaemi tidak singkat, bermodal pengalamannya yang pernah bekerja di produksi pot pada tahun 1998, membuatnya memberanikan diri untuk berwirausaha. Tekad dan keyakinannya akhirnya mengantarkan ke gerbang kesuksesan seperti sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar