Kemampuan mengolah aneka barang berbahan baku ban bekas menjadi salah satu keunggulan “KKD Bangkit” yang beralamat di Karasan Kadirojo Palbapang Bantul. Memulai usaha sejak tahun 1976, KKD Bangkit yang dirintis oleh Bapak Sukamto (58) berhasil mengolah ban bekas berbagai ukuran menjadi produk seperti ember, kursi. kerek timba, sandal, ban andong, pot tanaman, dll. Ban yang digunakan dalam produksi barang-barang tersebut antara lain ban sepeda, ban motor, ban mobil, truk, fuso, hingga ban container.
Ditemui di rumahnya Senin (18/4), Pak Kamto yang ditemani istrinya Ibu Waginem (58) berujar jika produksinya tersebut dilakukan secara manual tanpa menggunakan perlatan mesin. “Semua kami kerjakan dengan alat manual seperti pisau, sabit, parang, tang, dan palu,” jelas bapak 3 orang putra tersebut. Dibantu 6 orang tenaga produksinya, Pak Kamto rutin produksi untuk melayani pesanan dari beberapa toko, galeri, dan meubel yang ada di Yogyakarta. Produk-produk tersebut biasa dikirimkan dalam bentuk bahan mentah dan barang jadi.
Diakui Pak Kamto, saat ini produksi barang-barang tersebut mengalami penurunan karena permintaan masyarakat yang menurun drastis. “Dalam 3 bulan terakhir kami jarang mendapat pesanan dalam jumlah besar lagi, sehingga kami sering meliburkan karyawan karena tidak ada yang dikerjakan,” keluh Pak Kamto sembari mengerjakan pembuatan ember. Saat ini Pak Kamto lebih sering terjun langsung mengerjakan bagian produksi untuk melayani pesanan rutinnya ke beberapa toko langganannya. “Saat pesanan banyak, kami memanggil kembali tenaga produksi yang kebetulan berasal dari warga sekitar sini,” kata Bu Waginem.
Info bisnis
Beragam produk kerajinan ban bekas tersebut dijual Pak Kamto dengan harga yang bervariasi. Untuk produk seperti sandal dan ember harganya Rp.10.000,00/buah; sementara untuk kursi harganya Rp.600.000,00/set (3 buah kursi dan 1 buah meja). Harga tersebut akan berbeda lagi jika sistem pembelian dilakukan secara eceran. Dengan harga yang variatif tersebut, Pak Kamto mengaku bisa menghasilkan omzet puluhan juta Rupiah per bulannya. “Namun saat ini pesanan makin menurun dan minat masyarakat tidak seramai dulu lagi, sehingga prinsip kami yang penting bisa manggaji karyawan saja sudah cukup,” imbuh bapak asli Pundong Bantul tersebut.
Selain ban bekas yang bisa diolah menjadi beragam produk menarik tersebut, limbah atau sisa produksi bahan baku ban juga laku dijual. “Limbah produksi kami jual ke Surabaya untuk didaur ulang dan dibuat karpet,” terang kakek 3 orang cucu tersebut. Saat ini, di gudang lokasi produksi stok produk KKD Bangkit yang terdiri dari bahan mentah dan beberapa produk ember tampak menggunung karena pesanan yang makin menurun. Terjadinya erupsi merapi yang melanda Jogja akhir tahun lalu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya permintaan dari berbagai wilayah. Perusahaan trading lokal Jogja yang selama ini menjalin kerjasama dengan KKD Bangkit juga menghentikan pesanannya karena banyak yang gulung tikar.
Meskipun mengalami penurunan omzet dan produksi, Pak Kamto tetap yakin jika kondisi tersebut akan segera pulih seperti sediakala. “Kami tetap yakin dan semangat untuk rutin berproduksi meskipun permintaan menurun, karena kami percaya dalam bisnis ada yang namanya siklus, kadang di atas, kadang juga di bawah,” tegas Pak Kamto yang juga membuka toko besi dan bangunan di rumahnya. Dengan kondisi seperti itu, Pak Kamto maupun Bu Kamto tidak lelah menawarkan produk-produk mereka ke beberapa galeri dan toko yang ada di Jogja. “Kami sekarang lebih sering jadi sales dengan mendatangi konsumen door to door, dan kami tidak malu melakukan hal tersebut,” imbuh Bu Kamto sambil tersenyum.
Di akhir wawancaranya, Pak Kamto berharap KKD Bangkit akan segera bangkit dengan menghasilkan produk baru yang lebih berkualitas. Beliau mengakui jika selama ini dirinya masih kurang dalam berinovasi dalam menciptakan produknya. Sehingga, dengan berinovasi dirinya yakin KKD Bangkit akan segera bangkit dan kembali menghasilkan karya-karya unik lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar